Orang tua perlu tahu: membedakan gejala DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Covid-19 pada anak

07 October 2021

Kondisi pandemi COVID-19 masih berlangsung, angka pengidap COVID-19 di Indonesia kian hari terus bertambah, termasuk pada anak-anak.

Orang tua perlu tahu: membedakan gejala DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Covid-19 pada anak

Kondisi pandemi COVID-19 masih berlangsung, angka pengidap COVID-19 di Indonesia kian hari terus bertambah, termasuk pada anak-anak. Namun, virus corona bukan satu-satunya yang harus diwaspadai pada anak-anak maupun keluarga. Wabah demam berdarah dengue (DBD) juga harus diperhatikan, terutama pada anak yang bermain di rumah

Di penghujung tahun, beberapa daerah di Indonesia saat ini tengah memasuki musim penghujan. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi salah satu yang kian muncul di musim penghujan. Selain orang dewasa, penyakit yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti ini juga menyerang anak-anak. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit dengan gejala demam tinggi dan gejala seperti flu. Di masa pandemi COVID-19, dikhawatirkan gejalanya tersamarkan dengan gejala infeksi virus corona. Maka itu, penting bagi orangtua untuk bisa membedakan gejala DBD dengan infeksi COVID-19 agar dapat dilakukan penanganan yang tepat.

Mengutip rilis Kementerian Kesehatan RI, berikut cara membedakan gejala demam berdarah dengan Covid-19:

  • Demam Covid-19 disertai gejala respirasi

Cara pertama membedakan gejala demam berdarah dengan Covid-19 adalah dilihat dari gejala lain. Pada DBD, fase demam terjadi akibat diremia yaitu adanya virus yang beredar di dalam darah. Demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demamnya terus ada di dalam darah, biasanya hingga lebih kurang 3 hari, meski pasien biasanya sudah mengonsunsi obat penurun panas.

Pada demam berdarah pola demamnya kerap kali mendadak dan langsung tinggi. Sementara demam Covid-19 dapat disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan, seperti sesak napas, batuk, susah menelan, hingga anosmia atau tidak bisa mencium bau.

  • Demam dengue melalui masa inkubasi 

Cara kedua membedakan gejala demam berdarah dengan Covid-19 adalah dilihat masa inkubasinya. Sebelum mengalami demam, pasien DBD akan melalui masa inkubasi terlebih dahulu selama 5-10 hari. Jadi, penularannya tidak terjadi seketika. Masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah namun belum menimbulkan gejala sampai jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah, kemudian menimbulkan penyakit atau demam. 

Sementara pada Covid-19, demam terjadi di minggu pertama. Kemudian, di hari ke-5 hingga ke-7 pasien biasanya mulai menunjukkan gejala respiratori seperti sesak, batuk, dan pilek. Menurut Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Mulya Rahma Karyanti SpA(K), pada demam dengue yang dominan adalah demam, sedangkan sakit kepala dan batuk pileknya cenderung lebih ringan daripada Covid-19.

  • Demam dengue disertai sakit kepala khas

Cara ketiga membedakan gejala demam berdarah dengan Covid-19 adalah kemunculan sakit kepala. Pasien DBD biasanya juga mengalami sakit kepala yang khas, yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata. Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut (parah) dan muka mengalami merah khas. Sementara pada Covid-19 gejala tidak membuat muka merah.

Fase demam berbeda

  • Cara keempat membedakan gejala demam berdarah dengan Covid-19 adalah dilihat dari fase demam.

Pada Covid-19, penyakit yang biasa dikeluhkan adalah demam yang terjadi selama 5-7 hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan membuat sesak, serta saturasi oksigen yang menurun. Gejala ini dianggap berat untuk kasus Covid-19 pada anak. Sementara DBD memiliki fase demam dan fase kritis. Fase demam terjadi dari hari pertama sampai hari ke-3, kemudian diikuti fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, serta fase penyembuhan dari setelah hari ke-6. Pada fase kritis di antara hari ke-3 sampai hari ke-6 terjadi kebocoran pembuluh darah yang dapat menyebabkan syok hipovolemik. Penting untuk memastikan pasien mendapatkan cukup cairan demi menghindari keparahan, bahkan kematian. Sedangkan pada Covid-19, demam bisa tinggi namun disertai gejala respirasi seperti batuk, pilek dan pasien merasa bertambah sesak.


Setidaknya itulah yang perlu diketahui tentang perbedaan gejala DBD dan COVID-19 pada anak. Orang tua memang harus mewaspadai penyakit yang diakibatkan COVID-19 pada anak. Namun, penyakit DBD juga tidak bisa dianggap sepele. Di masa pandemi seperti ini, segala bentuk penyakit harus diwaspadai. Pastikan untuk selalu melakukan langkah pencegahan semaksimal. Selalu sediakan obat-obatan seperti Tempra penurun panas sebagai pertolongan pertama bila anak demam dan jangan lupa untuk selalu menjalankan protocol kesehatan.


Sumber referensi

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210610/2837896/beda-pola-demam-dengue-dan-demam-covid-19-ini-penjelasan-ahli/

You might like this